Saya punya seorang teman. Sebut saja namanya Andi. Orangnya biasa, bukan anak orang kaya ataupun punya kecerdasan diatas rata-rata. Hobinya adalah melayani orang lain, dan berkumpul dengan orang-orang yang lebih sukses dari dia.
Awalnya dia berangkat dari sopir, lalu menjadi asisten pribadi direktur. Karena orangnya terpercaya, akhirnya ia dipercaya untuk mengelola sebuah toko. Toko ini membesar. Seiring membesarnya toko ini, ia iseng-iseng mempelajari keahlian berjualan. Belajar dan sekolah lagi kesana kemari. Tentu bukan seperti anak kuliahan. Hanya belajar di sela waktunya. Makin lama dia makin ahli.
Tak lama berselang, ada orang lagi yang butuh keahliannya. Ia bantu dengan dedikasi. Tanpa fee, hanya bagi hasil. Tak disangka, penjualannya meledak dan bergulung. Orang yang dibantu merasa senang, dan akhirnya mengajarkan kepadanya lagi ilmu untuk bertransaksi di pasar yang lebih besar.
Hari ini Anda sudah punya tabungan mungkin kurang lebih 5M dalam kurun waktu 10 tahun sejak dia mulai sopir.
Saya tidak ingin terlalu detail bercerita, karena takut keceplosan. Yang bersangkutan tidak ingin diekspos ke dunia nyata. Malu katanya.
Saya hanya ingin membagikan hikmahnya saja.
Di dunia ini ada 2 tiga jenis manusia menurut Adam Grant: giver, taker, dan matcher. Kalo Anda suka baca referensi berbahasa Inggris, bisa Anda baca disini. Tapi kalo nggak suka, ikuti saja penjelasan saya.
Givers adalah orang yang fokus pada memberi. Matchers, orang yang cuman mau ngasih kalau dia dikasih, dan cuma mau ngambil kalau ada yang diambil orang dari dia. Sementara takers, hanyalah orang yang maunya ngambil aja terus dari orang lain.
Kata Adam Grant, orang sukses kebanyakan adalah givers; dan orang gagal kebanyakan adalah….. givers juga!
Sedangkan orang yang biasa-biasa saja dalam kehidupan, ya tipe yang lainnya. Takers dan matchers.
Apa yang membuat givers bisa mendominasi kurva orang sukses dan orang gagal? Perbedaannya ada di: strategi untuk mencapai goal. Seringkali givers mengorbankan goal pribadinya dengan membantu orang secara acak. Sedangkan givers yang sukses, mereka membantu orang-orang yang selaras dengan goal dan tujuan hidupnya.
Untuk berhasil, kita tidak cukup memiliki dorongan untuk membantu orang lain. Kita perlu juga memiliki dorongan untuk membantu diri kita sendiri.
Caranya adalah dengan memosisikan diri kita di tengah hal-hal yang bisa mendorong kita mencapai kesuksesan. Bahasanya Eric Baker adalah: alignment (keselarasan).
Saya memosisikan diri di tengah teman-teman yang memang berada di bisnis alih-alih di dunia engineering, meskipun saya dulunya kuliah teknik. Kenapa? Karena saya sekarang bukan lagi seorang engineer. Saya seorang entrepreneur. Ini namanya selaras.
Termasuk teman saya Andi. Dia tidak sembarangan mengabdi kepada orang. Ia mengabdi dan belajar, kepada orang-orang yang sukses! Bukan asal menjadi sopir orang. Dia tau mau kemana, bukan mengalir tak tentu arah begitu saja.
Jadi bantuinnya milih-milih nih mas? Bantuin cuma kalau sejalan dengan tujuan kita aja? Bukan siapa aja dibantu termasuk mamang parkir di pinggir jalan juga diurusin?
Ya.
Kalau saya baca sejarah ulama jaman dulu juga sama. Sibuk memilih pesantren untuk nyantri, setelah diputuskan belajar kepada kiai X, maka selama-lamanya santri tersebut mengabdi pada kiai X, sampai kemudian tiba waktu ia menjadi ulama. Cerita sejenis ini, bertaburan.
Alignment adalah strategi. Givers adalah sikap sukses.
Punya sikap tapi tak punya strategi, akan hancur lebur seperti lilin. Punya strategi saja tanpa sikap, tidak akan membawa Anda kemana-mana.