Saya punya 1 murid. Beriklannya sudah sekitar 300 jutaan sebulan. Suatu hari saya iseng tanya sebuah metric paling basic dari iklannya.
“CTR-mu berapa?”
Terus dia balik tanya, “CTR itu apa mas?”
Lah! Saya yang kaget. Bisa spent 300 jutaan sebulan, karyawan puluhan orang, iklan masih dipegang sendiri, tapi nggak tau apa itu CTR.
Setelah saya renungkan, ternyata banyak sekali orang-orang model teman saya ini.
Kebetulan dia berhasil, punya winning products, dan milik sendiri. Tapi dia nggak tau apa yang membuat dia berhasil dalam mengerjakan iklan. Akhirnya, proses advertising masih dikerjakan sendiri. Ditangani sendiri. Kenapa? Karena dia takut kalau iklannya diserahkan ke orang lain, maka iklannya akan busuk.
Busuknya kenapa? Nggak tau!
“Nggak tau” inilah yang menjadi hantu.
Saya pribadi tipe yang agak kurang nyaman kalau ada faktor-faktor yang saya nggak bisa identifikasi dan kuantifikasi. Semua harus by data, empirik, dan jelas. Ini salah satu alasan kenapa dulu saya satu-satunya mahasiswa di kelas Pengukuran Teknik angkatan saya yang dapat nilai A. Agak sedikit sombong. Kata Peter Drucker, “You can’t manage what you can’t measure”.
Karena saya terbiasa mempelajari hal-hal seperti ini, melakukan breakdown, menganalisa, mencari korelasi antar faktor dan metrics, akhirnya saya memiliki metode analisa dan sistem pengambilan keputusan sendiri dalam beriklan. Sistem ini yang kemudian waktu saya share ke Khalid pada suatu hari, bikin saya akhirnya nggak jadi pulang karena ditahan, disuruh ngajarin dia sampe kelar. Walaupun tetap butuh bantuan Imam untuk men-translate beberapa hal.
Setelah beberapa hari itu, Khalid memiliki lebih banyak waktu untuk nggak mantengin iklan dari pagi sampe malam, lebih punya banyak waktu untuk keluarga, bisa mendelegasikan proses advertisingnya ke banyak orang, dan paham apa yang harus dilakukan.
Saya tipe aliran yang agak-agak pengennya “set and forget”. Kalo perlu iklan jalan gak usah saya liatin seumur hidup (walau itu nggak mungkin yaa). Saya passionate dengan sesuatu yang “under control”. I don’t want to trade my time. Tugas kita di dunia ini adalah bahagia, membahagiakan diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Bukan terjebak di depan laptop.
Beberapa materi sempat saya sampaikan sebagian, walau belum banyak, di kelas bantai FB ads. Tapi sayang kelas bantai sudah saya tutup.
Jadi saran saya buat Anda, jangan sampai kita jadi budak Facebook Ads. Memang awalnya saya harus bergelut pagi siang malam, jungkir balik di depan Facebook ads. Dulu. Masa lalu. Tapi sejak awal goal saya adalah “menaklukkan” Facebook ads. Membuat Facebook ads jadi “budak” kita.
Kita lah yang menjinakkan Facebook ads, bukan waktu kita yang disita oleh Mark Zuckerberg.
Pelajari faktor-faktor apa yang berpengaruh, bagaimana menyelesaikan masalah yang muncul di dalamnya, sampai akhirnya proses iklan Anda komplit dari ujung ke ujung, dan Anda bisa jalan-jalan.
PS. Khalid sempat membagikan beberapa metode yang waktu itu saya ajarkan di materi free KelasKonversi.com. Sign up aja disana, nanti akan dia kirim lewat email. Thanks.