Iklan Bukan Lagi (Hanya) Investasi

Dulu.. Saya mengajarkan konsep iklan Meta Ads seperti halnya “investment”.

Misalkan Anda punya uang Rp 1 juta. Lalu uang ini Anda “ceburkan” ke dalam bisnis, dan berhasil mendapatkan 20 orang pembeli.

Artinya biaya per penjualan yang Anda dapatkan adalah Rp 50 ribu.

Anggaplah keuntungan Anda per penjualan adalah 50 ribu lagi.

Dalam 1 kali putaran biaya iklan, Anda berhasil melipatgandakan uang Anda menjadi 2x lipat. Dari yang awalnya 1 juta, menjadi 2 juta.

Inilah yang namanya: iklan yang mampu membiayai dirinya sendiri alias investasi.

Tapi ternyata..

Beda masa, beda pola pikir.

Jika saya masih menerapkan pola pikir tersebut di hari ini, maka yang terjadi adalah peluang saya untuk mengembangkan bisnis akan sangat terbatas.

Biaya iklan tidak lagi murah seperti dulu. Kompetisi konten tidak semudah masa lalu. Sosial media tidak lagi se-sentral dulu; hari ini ada marketplace, sosmed alternatif seperti tiktokshop, snackvideo, dsb.

Maka saya hanya bisa menjual barang-barang dengan margin yang cukup besar, karena biaya iklannya sendiri sudah besar. Karena marginnya “terlalu” besar, maka harga menjadi relatif lebih tinggi, dan jumlah pembeli yang bisa saya targetkan semakin sedikit.

Ini akhirnya menjadi lingkaran setan.

Oleh sebab itu, zaman berubah, maka saya pun beranggapan bahwa saya harus berubah.

Perubahan utama yang saya lakukan adalah mengubah cara saya melihat iklan.

Iklan tidak lagi mutlak harus bisa membiayai dirinya sendiri dalam waktu singkat. Dulu terlihat sangat menjanjikan karena pengembalian iklan kita bisa didapatkan dalam sekali transaksi. Jangkanya pendek.

Tapi hari ini dalam sudut pandang yang lebih baru, karena biaya iklan semakin “mahal”, maka iklan membutuhkan “periode investasi” yang lebih panjang; yang dalam jangka pendek harus dipersepsi sebagai cost; jika ingin mempertahankan harga yang terjangkau oleh customer.

Karena iklan dipandang sebagai cost, maka konsekuensi yang mengikuti shifting paraidgma ini adalah, kita harus bijak memandang iklan.

Ada rasio yang harus dijaga antara cost yang dikeluarkan dengan revenue yang dihasilkan. Tidak bisa lagi serta merta digas tanpa batas seperti dulu.

Lalu konsekuensi berikutnya adalah perlunya sebuah bisnis memiliki apa yang saya sebut dengan istilah Lifetime Value Plan. Bisnis kita harus memiliki rencana strategis yang terukur dan kuantitatif untuk meningkatkan penjualan dari konsumen yang sama. Kita harus menemukan cara dan mencapai minimum kualitas produk tertentu yang membuat customer puas, dan sebagian diantara mereka berkenan membeli lagi produk kita di masa depan.

Hanya dengan cara ini bisnis/brand kita bisa bertahan di tengah gempuran berbagai macam platform dan produk yang bertebaran di online.


Resume:

  1. Upgrade cara memandang iklan Anda dalam bentuk hybrid; dalam jangka pendek sebagai cost, dan dalam jangka panjang sebagai investment. Sadari kapan Anda sedang melihat jangka pendek, dan kapan jangka panjang.
  2. Bijaklah memandang biaya iklan, dan fokuskan pada kegiatan akuisisi pembeli yang berkualitas dengan seiring waktu terus meningkatkan kualitas iklan kita
  3. Buat segera LTV plan yang jelas dalam bisnis kita, agar kita mengetahui secara yakin berapa nilai customer yang akan kita “pelihara” di dalam bisnis kita. Tidak semua bisnis memiliki LTV yang clear. Semakin tidak clear, bisnis tersebut tidak akan bisa melihat value iklan.

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top