Kalau saya boleh mengulang waktu, maka hal pertama yang ingin saya pelajari terlebih dulu ketika memulai bisnis adalah: finance.
Kenapa mas?
Karena keuangan adalah bahasa di dalam dunia bisnis. Bayangkan Anda masuk ke sebuah negara, dan kemudian tidak bisa bahasanya sama sekali. Anda masih bisa hidup, tapi Anda tidak akan bisa survive dalam jangka waktu yang lama.
Mungkin Anda akan terpaksa belajar bahasa dari hal-hal yang tidak diinginkan di negara tersebut, dan sudah pasti Anda akan mengalami lost in translation; mau beli apa dapatnya apa. Lama-lama Anda nggak betah, lalu ingin segera pulang.
It’s the same.
Berapa banyak orang yang tidak memahami masalah keuangan lalu terjerembab di dalam bisnis? Mulai dari hal sepele seperti uang bisnis yang terpakai untuk kebutuhan pribadi, hingga ditipu oleh orang lain sampai ludes bisnisnya.
Mungkin Anda akan mulai melawan omongan saya dengan logika: “ah urusan keuangan sudah saya serahkan sama akuntan. Saya fokus membesarkan bisnis”.
Lah, tugas akuntan aja Anda sudah salah tangkap!
Akuntan, accounting, tugasnya mencatat. Apa yang dicatat? Pergerakan uang. Lalu mereka membantu Anda untuk mengubah segala alur uang tersebut menjadi sebuah cerita yang bisa Anda baca.
Analoginya begini, Anda mencari seorang asisten untuk menemani Anda selama di Jerman. Selama di Jerman tugas asisten tersebut adalah mencatat Anda ngapain, ketemu siapa, beli apa, pergi kemana, lalu kemudian ia mengubah semua jurnal perjalanan Anda tersebut menjadi sebuah cerita pendek. Tapi, jurnal itu ternyata ditulis dalam bahasa Jerman.
Apa kemudian cerita itu bisa bermanfaat untuk Anda? Bisa, jika Anda paham apa yang dia tulis. Selama Anda nggak paham, tulisan itu hanya sekedar tulisan rangkaian angka dan huruf.
Accounting cuma membantu Anda merangkum perjalanan Anda. Penting sekali, tapi itu baru separuh jalan. Sisanya tugas Anda sebagai direktur untuk memahami apa yang ditulis.
Ketika suatu hari Anda bertemu dengan direktur perusahaan lain dan ingin mengadakan sebuah aksi bersama, maka sudah pasti Anda akan saling bertukar cerita. Dia akan meminta cerita bisnis Anda, dan Anda akan meminta ceritanya.
Apa yang terjadi jika Anda memberikan cerita dalam bahasa Jawa, sementara calon partner Anda bercerita dalam bahasa Sansekerta?
Jelas ruwet. Tidak akan bisa terjadi deal apapun. Bahkan jika terjadi deal, pasti tidak akan berjalan dengan lancar.
So, pelajarilah bahasa universal bisnis secara serius. Bukan untuk menjadi akuntan, tapi untuk terbebas dari buta huruf bisnis agar Anda bisa membaca.